Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Topik 3 Modul 1 Materi 4 Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran

 Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran 

alur tujuan pembelajaran
Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, langkah berikutnya dalam perencanaan pembelajaran adalah menyusun alur tujuan pembelajaran. Alur tujuan pembelajaran sebenarnya memiliki fungsi yang serupa dengan apa yang dikenal selama ini sebagai “silabus”, yaitu untuk perencanaan dan pengaturan pembelajaran dan asesmen secara garis besar untuk jangka waktu satu fase. Oleh karena itu, pendidik dapat menggunakan alur tujuan pembelajaran saja, dan alur tujuan pembelajaran ini dapat diperoleh pendidik dengan: (1) merancang sendiri berdasarkan CP, (2) mengembangkan dan memodifikasi contoh yang disediakan, ataupun (3) menggunakan contoh yang disediakan pemerintah. 

Bagi pendidik yang merancang alur tujuan pembelajarannya sendiri, tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya akan disusun sebagai satu alur (sequence) yang berurutan secara sistematis, dan logis dari awal hingga akhir fase. Alur tujuan pembelajaran juga perlu disusun secara linier, satu arah, dan tidak bercabang, sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari hari ke hari. 

Dalam menyusun alur tujuan pembelajaran, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan:

1. Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang lebih umum bukan tujuan pembelajaran harian (goals, bukan objectives);

2. Alur tujuan pembelajaran harus tuntas satu fase, tidak terpotong di tengah jalan;

3. Alur tujuan pembelajaran perlu dikembangkan secara kolaboratif, (apabila guru mengembangkan, maka perlu kolaborasi guru lintas kelas/tingkatan dalam satu fase. Contoh: kolaborasi antara guru kelas I dan II untuk Fase A;

4. Alur tujuan pembelajaran dikembangkan sesuai karakteristik dan kompetensi yang dikembangkan setiap mata pelajaran. Oleh karena itu sebaiknya dikembangkan oleh pakar mata pelajaran, termasuk guru yang mahir dalam mata pelajaran tersebut;

5. Penyusunan alur tujuan pembelajaran tidak perlu lintas fase (kecuali pendidikan khusus);

6. Metode penyusunan alur tujuan pembelajaran harus logis, dari kemampuan yang sederhana ke yang lebih rumit, dapat dipengaruhi oleh karakteristik mata pelajaran, pendekatan pembelajaran yang digunakan (misal: matematik realistik);

7. Tampilan tujuan pembelajaran diawali dengan alur tujuan pembelajarannya terlebih dahulu, baru proses berpikirnya (misalnya, menguraikan dari elemen menjadi tujuan pembelajaran) sebagai lampiran agar lebih sederhana dan langsung ke intinya untuk guru;

8. Karena alur tujuan pembelajaran yang disediakan Kemendikbudristek merupakan contoh, maka alur tujuan pembelajaran dapat bernomor/huruf (untuk menunjukkan urutan dan tuntas penyelesaiannya dalam satu fase); 

9. Alur tujuan pembelajaran menjelaskan satu alur tujuan pembelajaran, tidak bercabang (tidak meminta guru untuk memilih). Apabila sebenarnya urutannya dapat berbeda, lebih baik membuat alur tujuan pembelajaran lain sebagai variasinya, urutan/alur perlu jelas sesuai pilihan/keputusan penyusun, dan untuk itu dapat diberikan nomor atau kode; dan

10. Alur tujuan pembelajaran fokus pada pencapaian CP, bukan profil pelajar Pancasila dan tidak perlu dilengkapi dengan pendekatan/strategi pembelajaran (pedagogi).

Dalam menyusun alur tujuan pembelajaran, pendidik dapat mengacu pada berbagai cara yang diuraikan pada tabel di bawah ini (Creating Learning Materials for Open and Distance Learning, 2005; Doolittle, 2001; Morrison, Ross, & Kemp, 2007; Reigeluth & Keller, 2009):

Pengurutan dari yang Konkret ke yang Abstrak 

Metode pengurutan dari konten yang konkret dan berwujud ke konten yang lebih abstrak dan simbolis. Contoh: memulai pengajaran dengan menjelaskan tentang benda geometris (konkret) terlebih dahulu sebelum mengajarkan aturan teori objek geometris tersebut (abstrak). Pengurutan Deduktif Metode pengurutan dari konten bersifat umum ke konten yang spesifik. Contoh: mengajarkan konsep database terlebih dahulu sebelum mengajarkan tentang tipe database, seperti hierarki atau relasional.

Pengurutan dari Mudah ke yang lebih Sulit 

Metode pengurutan dari konten paling mudah ke konten paling sulit. Contoh: mengajarkan cara mengeja kata-kata pendek dalam kelas bahasa sebelum mengajarkan kata yang lebih panjang. Pengurutan Hierarki Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan keterampilan komponen konten yang lebih mudah terlebih dahulu sebelum mengajarkan keterampilan yang lebih kompleks. Contoh: siswa perlu belajar tentang penjumlahan sebelum mereka dapat memahami konsep perkalian. 

Pengurutan Prosedural 

Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan tahap pertama dari sebuah prosedur, kemudian membantu siswa untuk menyelesaikan tahapan selanjutnya. Contoh: dalam mengajarkan cara menggunakan test dalam sebuah pertanyaan penelitian, ada beberapa tahap prosedur yang harus dilalui, seperti menulis hipotesis, menentukan tipe tes yang akan digunakan, memeriksa asumsi, dan menjalankan tes dalam sebuah perangkat lunak statistik.

Scaffolding 

Metode pengurutan yang meningkatkan standar performa sekaligus mengurangi bantuan secara bertahap. Contoh: dalam mengajarkan berenang, guru perlu menunjukkan cara mengapung, dan ketika siswa mencobanya, guru hanya butuh membantu. Setelah ini, bantuan yang diberikan akan berkurang secara bertahap. Pada akhirnya, siswa dapat berenang sendiri.

Di bawah ini adalah ilustrasi pemetaan alur tujuan pembelajaran dalam satu fase. Setiap kotak tujuan pembelajaran merupakan hasil perumusan tujuan pembelajaran yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya dan alur tujuan pembelajaran adalah tujuan-tujuan pembelajaran yang telah disusun.

Sebagaimana disampaikan pada penjelasan tentang CP, setiap fase terdiri atas 1 sampai 3 kelas. Sebagai contoh, pada jenjang SD, satu fase terdiri atas 2 kelas. Alur tujuan pembelajaran dikembangkan untuk setiap CP.  

Dengan demikian, alur tujuan pembelajaran untuk Fase A, misalnya, harus disusun untuk 2 tahun (Kelas I dan Kelas II). Oleh karena itu, dalam menyusun alur tujuan pembelajaran, pendidik perlu berkolaborasi dengan pendidik lain yang mengajar dalam fase yang sama agar tujuan pembelajarannya berkesinambungan. 

Pendidik dapat menggunakan contoh alur tujuan pembelajaran yang telah tersedia, atau memodifikasi contoh alur tujuan pembelajaran menyesuaikan kebutuhan peserta didik, karakteristik dan kesiapan satuan pendidikan. Selain itu, pendidik dapat menyusun alur tujuan pembelajaran secara mandiri sesuai dengan kesiapan satuan pendidikan. Tidak ada format komponen yang ditetapkan oleh pemerintah. Komponen alur tujuan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan yang mudah dimengerti oleh pendidik.

Catatan khusus untuk jenjang dan jenis tertentu: 

Untuk PAUD, esensi alur tujuan pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran berdasarkan laju perkembangan anak dan dikembangkan oleh masing-masing satuan agar dapat mencapai CP. Satuan pendidikan dapat memilih untuk menyusun alur tujuan pembelajaran atau tidak dan alur tujuan pembelajaran dapat dikembangkan dengan pendekatan yang paling sesuai pada masing-masing satuan pendidikan. 


Contoh 1 Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari tentang prinsip menyusun alur tujuan pembelajaran, sekarang Mari kita coba mempraktikkannya pada salah satu mata pelajaran.

Video ini akan menggunakan mata pelajaran IPAS di fase B sebagai contoh:

Ibu dan bapak guru yang mengajar mata pelajaran lain tetapi bisa mengikuti karena prinsip dan proses berpikir yang digunakan tetap sama. Menyusun ATP dilakukan setelah kita semua telah menurunkan capaian pembelajaran menjadi tujuan pembelajaran. Saat menyusun ATP langkah pertama yang dilakukan adalah: 

  1. Berkolaborasi dengan guru satu fase. Pada contoh ini berarti ATP harus disusun berdasarkan hasil diskusi guru kelas 3 dan 4 SD
  2. Susun tujuan pembelajaran secara logis dari kemampuan yang sederhana ke yang rumit. Misal, kita mau mengurutkan secara hirarki. Adakah konsep dasar yang perlu dipelajari dulu sebelum mempelajari konsep lainnya? Dalam lingkup materi ipas di fase B, peserta didik harus terlebih dulu menguasai mengenai wujud zat dan energi sebelum mempelajari siklus air. Atau sebelum mengidentifikasi tempat tinggalnya di tingkat provinsi dulu wilayah tempat tinggal dimulai dari level desa/kelurahan, Kecamatan, dan kabupaten/kota. Ini yang disebut dengan cara pengurutan hierarki. Atau kita mau mengurutkan dari yang konkrit ke yang abstrak. Misal murid sebaiknya memahami dulu mengenai konsep alat tukar sebelum mengaitkannya dengan nilai mata uang.

Ibu bapak juga bisa mengurutkan secara deduktif yaitu dari lingkup materi yang umum ke spesifik. Misal, berbicara tentang keragaman budaya/kearifan lokal sebelum mengerucut ke pelestariannya selain itu, penyusunan ATP juga dapat mempertimbangkan tingkat kelas. Karena satu fase bisa terdiri dari 1 sampai 3 tahun. Kita bisa mempertimbangkan mengenai konsep yang sebaiknya diajarkan di level kelas lebih tinggi, karena sudah masuk ke konsep yang lebih abstrak/kompleks. Misal, dalam contoh ipas di fase B pendidik berpendapat pemahaman mengenai sejarah sebaiknya diajarkan di kelas 4 karena membutuhkan tingkat literasi yang lebih baik. Sedangkan, mengelompokkan tumbuhan dan hewan berdasarkan ciri-cirinya bisa diajarkan di kelas 3 karena lebih konkret dan peserta didik juga bisa diajak mengamati langsung.

Dengan beberapa cara mengurutkan tadi, akhirnya tersusun lah ATP dengan gambaran besar sebagai berikut:

Start.

Awal fase B kelas 3

3.1 siswa menjelaskan peran dan tanggung jawab manusia terhadap lingkungan.

3.2 siswa menjelaskan kebutuhan makhluk hidup melalui pengamatan.

3.3 siswa melakukan investigasi untuk mencari tahu kebutuhan tumbuh-tumbuhan dan binatang untuk hidup.

S.d tujuan pembelajaran 3.11

4.1 siswa menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh manusia panca indra.

4.2 siswa menjelaskan peran dan tanggung jawab manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

4.3 siswa mengidentifikasi wujud zat.

S.d tujuan pembelajaran 4.20

Awal Fase B Kelas 4

Finish 


Inilah yang disebut dengan alur tujuan pembelajaran titik sebuah rangkaian peta belajar murid dalam satu fase yang disusun agar murid mendapatkan pengalaman belajar yang berkesinambungan menuju capaian pembelajaran yang diharapkan di akhir fase.

Itulah contoh cara menyusun ATP, jika kita ulas kembali ada dua langkah yang dilakukan yaitu:

1. Berkolaborasi dengan guru satu fase

2. Menyusun urutan tujuan pembelajaran secara logis

Ibu bapak guru bisa memilih cara pengurutan yang sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya. Bisa juga mengkombinasikan beberapa metode seperti yang dilakukan pada contoh.

Selamat Mencoba 






Posting Komentar untuk "Topik 3 Modul 1 Materi 4 Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran "